This story is actually dedicated for someone. Yeah someone who had ever broken my feeling with his silence. Hopefully he realized it for twice, again.
“A friend is
someone who knows all about you and still loves you.”
― Elbert Hubbard
― Elbert Hubbard
“There is never a time or place for
true love. It happens accidentally, in a heartbeat, in a single flashing,
throbbing moment.”
―Sarah Dessen
---
Teriakan di hati membawaku mengenalmu. Entah permainan apa yang akan menunggu.
Teriakan di hati membawaku mengenalmu. Entah permainan apa yang akan menunggu.
---
Suara desiran angin di pagi telah menyambut berakhirnya
gelapku semalam. Cahaya matahari berebut masuk melalui celah jendelaku, seakan berusaha menggugah, aku tersipu. Tangan yang tak lagi mungil ini mengusap sendiri paras nian berminyak, menaruh harapan kembali untuk bersih. Lalu aku siap berlari, mengejar, dan meletakkan asa di penjuru dunia. Ah, kurasa kalian tahu, bukan.
gelapku semalam. Cahaya matahari berebut masuk melalui celah jendelaku, seakan berusaha menggugah, aku tersipu. Tangan yang tak lagi mungil ini mengusap sendiri paras nian berminyak, menaruh harapan kembali untuk bersih. Lalu aku siap berlari, mengejar, dan meletakkan asa di penjuru dunia. Ah, kurasa kalian tahu, bukan.
Langkah pasti. Merobek
jiwa untuk menghadapi mimpi. Namun sepertinya aku terlalu payah bertemu
orang-orang. Aku amat berusaha sembunyi. Terus saja sembunyi sampai ada orang
yang menggeretku keluar. Artinya aku ini tidak akan melakukan sesuatu itu kalau
tidak ada yang menyuruhku. Kuharap ini akan berubah.
Well, aku ini
menyukai keromantisan. Aku suka puisi, aku suka di saat aku hanyut dalam lautan
kata. Dan aku menyukai gerakan tanganku ketika aku berubah menjadi seorang
penulis. Seperti itulah kunamai diriku. Tidak ada yang menarik, bukan.
Sampai kutemui
seorang kamu. Iya, kamu. Ketika itu aku masih dalam keadaan acakan. Kau tahu,
aku seperti dipermainkan oleh hati. Sangat menyebalkan!
Namun, di saat pertama kali bertemu denganmulah seperti ada sesuatu kiasan yang berarti tertaruh di dadaku. Aku menjadi-jadi. Semakin ingin mengenalmu. Dan akhirnya, kita bertemu dalam satu kelas, bukan? Well, teriakan di hati membawaku mengenalmu. Entah permainan apa yang akan menunggu. Perasaan tersirat ini siap terhantam batu.
Namun, di saat pertama kali bertemu denganmulah seperti ada sesuatu kiasan yang berarti tertaruh di dadaku. Aku menjadi-jadi. Semakin ingin mengenalmu. Dan akhirnya, kita bertemu dalam satu kelas, bukan? Well, teriakan di hati membawaku mengenalmu. Entah permainan apa yang akan menunggu. Perasaan tersirat ini siap terhantam batu.
---
Seperti terhipnotis, aku jatuh. Demi
mata sipitmu, aku merasa.
---
Atmosfer keriuhan
menggema di setiap jengkal kelas ini menetap. Ramai. Aku hanya duduk sepi
memandang lurus sisi ruang. Seolah aku tak berarti, membiarkanku bisu, namun terkadang
berceloteh tatkala sentuhan canda mengajakku ikut dalam tawa sekelebat orang di
sekitarku. Kuperkenalkan teman baruku. Dia ini bisa dibilang sangat tampan. Tapi
sayang, dia seorang perempuan. Ya, tomboy. Aku hanya sempat heran, mengapa dia
menjadi begitu? Bukankah menjadi perempuan adalah takdir? Kalau begitu, dia
menyalahi takdir? Ah, permainanku pasti akan sedikit rumit. Atau bisa jadi
sangat rumit.
Bel tanda masuk
berbunyi. Semua murid duduk rapi menanti pelajaran pertama. Saat inilah
kuedarkan pandanganku ke kanan, ke kiri. Stop! Aku tidak bisa kembali ke kanan.
Karena aku mengingat namamu, lalu mengejanya bersama raga yang enggan berputar
450 ke kanan. Huh,
memalukan!
Ketika itu aku masih
menyempatkan diri untuk melihat tanganku menari di atas kertas dengan puluhan
kata untuk memujimu. Aku masih ingin mengenalmu. Masih sama saat pertama kali
kubertemu. Dan aku seperti terhipnotis, aku jatuh. Demi mata sipitmu, aku
merasa. Merasakan gemuruh yang kian membara ketika kuingat lagi siapa dirimu,
bagaimana rupamu, seperti apa tingkahmu. Dan aku suka ketika senyummu terlempar
sedang matamu menyipit menyerukan aku bahagia bisa tersenyum untuk semua. Karena
aku tahu, inilah kamu. Kamu yang berbeda dari kamu yang lainnya.
*bersambung
0 comments:
Post a Comment