Monday, 21 April 2014

Sembunyikan Aku (The Story of Catching Feeling) #5

Posted by Dear Miss Putri at 7:30 pm
---
Berusaha sembunyi, namun mata sipitmu terus menangkap hati.
---
Kadang hati harus menjerit terlebih dahulu untuk menunjukkan ketidaknyamanan dalam merasa. Juga kadang hati harus menggedor pintunya untuk membuka pikiran jernih. Aku merasa, aku tidak peduli. Tetapi, apakah dengan ucapan saja mampu membuatku bertindak lain? Tidak, ucapanku masih terjaga. Kamu tahu, aku seperti di penjara. Alam ini
memenjarakanku untuk beberapa hari. Aku tahu ini semua keputusanku, namun tak bisa dielak ini sangat menyakitkan untuk terus dilaksanakan. Haruskah aku berhenti? Katakan padaku haruskah aku menghentikan ini semua? Maksudku, aku tak mampu terus sembunyi. Aku ingin kembali. Aku ingin menjadi gadis yang menggilaimu lagi. Setidaknya untuk terakhir kali aku menindas tanah ini. Tidak salah, bukan?
Namun kuselalu pasti yakini bahwa hal ini tidak akan berubah dari apa yang kuinginkan. Ya, kamu tetap saja cuek seperti apa adanya kamu. Kamu tetap dingin dan ya, harus aku yang menyapamu. Tentu saja aku menerimanya. Bukankah ini resiko menyukai seorang yang dingin?
Asal kamu tahu, dari dulu aku selalu menyembunyikan setiap rasa sukaku. Namun di rasamulah aku mampu mengekspresikannya. Aku bisa tertawa bila mengingatnya. Sangat konyol. Mungkin seperti yang pernah aku katakan, rasa suka ini hanyalah cinta monyet, tak lebih. Jadi kamu tidak keberatan, bukan? Kuharap begitu.
Sambutlah aku yang akan terus menyapamu. Sabarlah bila aku menuntutmu untuk tersenyum padaku. Ini yang terakhir. Bisakah kamu membuatku terus berkesan dihari akhir aku berseragam? Mungkinkah itu? Semoga kamu menjalaninya dengan senang hati. Kuharap begitu.
---
Mengingatmu lagi. Bahkan dari awal, aku mengingatmu pasti.
---
Ingatkah kamu ketika awal kita bertemu? Pasti kamu tidak peduli untuk mengingatnya. Namun biarkan aku yang menceritakannya... Ketika itu, kamu ingat, aku sedang menunggu koperasi sekolah dibuka. Datangkah kamu yang juga akan mengambil seragam olahraga. Terkejutnya aku ketika kamu menerima panggilan dari telepon genggammu yang bernada dering dengan lagu dari band kesukaanku saat itu, ST12, kamu ingat? Lalu setelah kita sama-sama mendapatkan seragam itu, kita pulang. Kamu sendiri dan aku dengan temanku. Karena orangtua kami saling mengobrol, kami menunggunya di mushola. Sungguh aku tak pernah menduga terhadap kamu yang sangat berbeda. Apa kamu tahu, pikiran apa yang terlintas ketika kamu akan pulang saat itu? "Hebat. Kamu naik sepeda tua tapi kamu tidak merasa malu? Biasanya sih cowok itu gengsi-an. Kamu tidak. Siapa sih namamu? Sumpah penasaran" Seperti itulah gemuruh tanyaku. Sudah ingat? Atau mungkin kamu tidak tahu bahwa orang itu adalah aku? Apa peduliku, ya?
Well, selanjutnya, ingatkah kamu ketika aku pernah mengurangi nominal pulsamu saat belajar membaca Al-Qur'an? Social network hingga saat ini masih merajai kaum remaja. Facebook, twitter, skype, tumblr, dan lain-lain pasti diborong oleh kita-kita. Tetapi jika kamu ingat waktu itu, aku sangat menyesal meminjam ponselmu hanya untuk membuka account facebook-ku dan menambahkan kamu sebagai temanku. Walaupun senyummu menunjukkan keikhlasan, apa mungkin lantas menunjukkan bahwa kamu berkata tidak apa-apa? Hanya kamu yang tahu. Jadi, apa kamu masih ingat? Apa mungkin kamu sudah lupa? Apa peduliku, ya?
Kamu, sebenarnya ada banyak ingatan yang tertanam, namun tidak mungkin bukan bila aku harus menulisnya? Percayalah bahwa tidak ada untungnya aku bercerita. Aku tahu kamu tak peduli, aku tahu kamu tak mengingatnya, atau mungkin kamu mengabaikannya. Pikiranku melayang jauh seperti itu namun, aku selalu berharap aku salah dalam menulis. Maafkan aku, sesungguhnya aku bukan penganalisa yang tepat. Aku sadari itu. Jadi, sudah ingatkah kamu?

0 comments:

 

More Than A Feeling Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting