Bapakku, laki-laki tangguh yang kumiliki. Engkau yang tengah menyapu keringatmu sehabis memikul beban pekerjaanmu. Merebahkan bahumu sejenak untuk melepas rasa sakit di pinggangmu. Beberapa suap nasi yang kaumakan, tak seberapa dengan apa yang kumakan di sini, tempat merantauku pula. Bahkan, nasiku jauh lebih enak dari nasimu. Laukku terkadang lebih enak dari laukmu. Dan aku hanya mengeluh tentang sayur, menu sehatmu dulu. Saat kaumasih bisa memaksaku memakannya. Saat kita membentuk lingkaran menikmati nikmat Tuhan. Bersama. Menikmati petang. Tentu saja, ketika kausudah mengadu kepada sang Pencipta. Lama, serasa kaubertemu Dia. “Makanan apa yang kaumakan? Sudah makan? Sama apa?” Kaumenanyakan semua itu padaku, padahal
Sunday, 18 May 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)